TANAM
BAKAU DAN SUSUR PANTAI
ALA ANAK PRAMUKA
ALA ANAK PRAMUKA
Oleh
I
Gede Aristana Diputra (Seno)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia
adalah Negara kepulauan (arpheologi) terbesar di dunia. Yaitu terdiri lebih
dari 17.500 pulau. Luas wilayah Indonesia sekitar 7,7 juta kilometerpersegi,
dengan pembagian luas wilayah daratan 1,9 juta kilometerpersegi dan luas
wilayah lautan 5,8 juta kilometerpersegi. Dimana luas lautan dengan daratan
kita 2:3. Oleh karena itu sebagian besar wilayah Indonesia memiliki pesisir
pantai. Pantai adalah suatu kawasan yang tidak asing lagi bagi bangsa
Indonesia, bahkan merupakan objek wisata yang didominasi baik wisata pantai
pasir hitam maupun wisata pantai pasir putih.
Jumlah
penduduk di Indonesia sangat padat, yaitu berjumlah sekitar 237,6 juta jiwa.
Dengan keadaan wilayah yang berpenduduk padat banyak kegiatan-kegiatan atau aktivitas dari
manusia yang pada akhirnya akan menghasilkan banyak limbah atau sampah, baik
dari kegiatan rumah tangga, perusahaan/industri bahkan kegiatan pariwisata.
Apalagi pengetahuan penduduk untuk mengolah sampah sangat kecil, serta
kebiasaan dari masyarakat Indonesia membuang sampah ke sungai, yang pada
akhirnya sampah-sampah tersebut akan berhilir dan dibawa arus air sungai ke
laut/pantai. Oleh karena itu sebagian besar keadaan pantai di Indonesia, dan di
daerah Bali khususnya mengalami kerusakan dan penumpukan sampah-sampah. Hal ini
juga didukung oleh kurangnya kesadaran dan partisipasi dari masyarakat,
khususnya para remaja dan generasi muda. Khususnya pada masyarakat yang tinggal
di pulau Bali yang memiliki kebudayaan dan tradisi yang begitu banyak pastilah
memerlukan kawasan pesisir/pantai. Seperti halnya tradisi Ngaben, dimana
runtutan dari upacara ini akan berakhir di pantai (Nganyut) dan tradisi Melasti
bagi umat Hindu akan menghasilkan banyak sampah-sampah sisa sarana upacara.
Seperti sisa-sisa kayu, dedaunan dan bahkan plastik-plastik bekas.
Pulau
Bali selain dikenal dengan pulau yang banyak akan tradisi dan kebudayaan, juga terkenal akan pariwisatannya khususnya
wisata pantai. Dari kegiatan wisata ini juga banyak menghasilkan sampah-sampah
yang dapat merusak keindahan pantai. Selain bahaya dari faktor manusia, pesisir
pantai juga rawan rusak oleh faktor alam yaitu erosi/abrasi air laut. Abrasi
ini dapat mengikis pesisir hingga daratan, oleh sebab itu kelestarian hutan
bakau (mangrove) harus dijaga untuk mencegah hal ini terjadi. Karena keberadaan
hutan bakau dewasa ini sudah semakin kurang terawat, serta tumbuhnyapun tidak
merata dalam satu hutan. Bakau sangat berperan penting dalam menjaga wilayah
pesisir dari bahaya abrasi. Hal ini terjadi karena ketidak tahuan dan tidak
adanya motivator/penggerak untuk membuat suatu kegiatan yang menarik minat
generasi untuk melestarikannya.
1.2 Rumusan
Maslah
1.2.1
Kegiatan apakah yang dapat mendorong
masyarakat untuk melestarikan dan menjaga kebersihan pantai?
1.2.2
Kegiatan apakah yang dapat dilakukan
untuk melestarikan dan memperbaiki rusaknya hutan bakau?
1.2.3
Siapakah sasaran yang tepat untuk
melaksanakan kegiatan tersebut.
BAB
2 ISI
2.1
Kajian Teori.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia,
dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan
materiilnya, dengan lingkungan biologi manusia dapat memenuhi kebutuhan
jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat memenuhi kebutuhan
spiritualnya. Lingkungan dipandang sebagai tempat beradanya manusia dalam
melakukan segala aktivitas kesehariannya. Pantai adalah sebuah wilayah
geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Pesisir
adalah merupakan daerah pertemuan antara darat dengan laut, dimana ke arah
darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan
air asin, sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi
oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran. Dimana pesisir pantai adalah ujung, akhir
atau hilir dari aliran air pegunungan atau air sungai yang nantinya mengalir
dan membawa segala sesuatu yang ada di hulu atau daratan ke laut.
Sampah adalah material sisa yang tidak berguna dan
tidak diinginkan lagi setelah berakhirnya suatu proses. Abrasi adalah proses
pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai
tersebut. Salah satu cara untuk mencegah abrasi adalah dengan menanam bakau
(mangrove) dan memperbaiki hutan bakau yang telah rusak.
Bakau (mangrove) adalah nama sekelompok
tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki
ciri-ciri yang menjolok berupa akar tunjang/ tunggang yang besar dan berkayu,
pucuk yang tertutup, daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah
serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Pohon ini memiliki banyak nama
lain seperti tancang, tanjang (jawa), tinjang (medan), bangko (bugis), kawoka
(timor), wako, jangkar dan lainnya. Pohon bakau hidup di daerah rawa-rawa
berair payau, pesisir pantai yang mengalami pasang surut. Bakau berkembang dan
tumbuh dari bunga yang kemudian menjadi buah berkecambah dan mengeluarkan akar
panjang serupa tobak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok
dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya,
atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh di bagian lain dari hutan.
2.2
Pembahasan.
Masalah lingkungan adalah masalah yang
sangat banyak dibicarakan saat ini. Karena semakin berkurangnya kesadaran
masyarakat dan para remaja/generasi muda pada khususnya untuk menjaga kelestarikan
lingkungan. Oleh karena itu remaja atau generasi muda sangat tepat menjadi
sasaran untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan. Gerakan kepramukaan
adalah suatu wadah organisasi internasional yang sudah cukup berkembang pesat
di Indonesia, bahkan sudah memiliki undang-undang. Melalui organisasi ini diharapkan
dapat membentuk karakter bangsa, tidak hanya berkarakter yang baik sebagai
seorang pemimpin tetapi juga dapat membentuk generasi muda yang berkarakter
lingkungan melalui kegiatan-kegiatannya.
Dari rumusan masalah diatas dapat kita bahas,
sasaran dalam melestarikan lingkungan yang terpenting adalah remaja/ generasi
muda, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Melalui salah satu
kegiatan kepramukaan yang dapat membantu melestarikan lingkungan, khususnya
pelestarian hutan bakau dan menjaga kebersihan pesisir pantai adalah kegiatan TANAM BAKAU DAN SUSUR PANTAI, dimana
kegiatan tanam bakau adalah suatu wadah kegiatan yang dapat dilakukan kapan
saja dan tidak memerlukan perlengkapan yang sulit. Kegiatan ini dapat
diselenggarakan dari tingkat ranting, cabang, daerah hingga nasional. Hal yang
perlu disiapkan dari kegiatan ini hanya bibit pohon bakau serta alat bantu
melobangi tanah/lumpur seperti linggis dan alat bantu yang lainnya. Kegiatan
ini sangat menyenangkan dan sudah pernah terlaksana pada saat kegiatan Peran
Saka tingkat nasional yang diselenggarakan di Batam, kepulauan Riau pada tahun
2010 lalu. Kegiatan ini memang sangat bermanfaat bagi pelestarian hutan bakau,
karena melalui kegiatan ini dapat diikuti oleh segala umur baik dari tingkat
siaga/SD, penggalang/SMP, penegak/SMA/SMK, dan bahkan tingkat pendega serta
Pembina. Pembina juga dapat membimbing para anak didiknya untuk melestarikan
lingkungan melalui kegiatan ini, serta menambahkan ilmu-ilmu tentang kehutanan,
khususnya hutan bakau.
Kegiatan
susur pantai adalah suatu kegiatan kerja bhakti/ bhakti sosial membersihkan
pesisir pantai dengan cara menyapu ataupun memunguti sampah-sampah yang
berserakan baik dari sampah aktivitas
wisata maupun aktivitas adat. Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
pantai tetapi sampah-sampahnya dibiarkan begitu saja. Mengingat disepanjang
pantai di Kab.Gianyar sangat sedikit yang menyediakan fasilitas tempat sampah,
baik yang berkapasitas kecil maupun besar. Sehingga sampah-sampah tercecer dan
terbengkalai begitu saja, diterbangkan oleh angin laut, dimakan ombak, serta
merusak pemandangan. Melalui kegiatan ini kebersihan pantai akan semakin
terjaga. Kegiatan ini tidak membutuhkan peralatan yang begitu sulit, hanya memerlukan
kantong sampah/ kresek yang cukup besar untuk menampung sampah, alat kebersihan
seperti sapu dan serok. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh banyak kalangan dan
dari banyak instansi sudah menerapkan program ini. Kegiatan ini juga dapat
berlangsung di tingkat sekolah/ambalan, ranting, cabang, daerah bahkan juga
tingkan nasional. Dari kegiatan ini para Pembina dapat langsung menanamkan
pendidikan untuk peduli akan lingkungan khususnya pantai. Selain itu para
Pembina juga dapat menyelenggarakan kegiatan ini pada saat-saat/ kegiatan kemah
bhakti, kemah rekreasi maupun pelantikan.
Kegitan itulah yang dapat menjaga
kelestarian pantai dari abrasi air laut, serta menjaga kebersihan pantai dari
sampah-sampah yang terbengkalai. Melalui kegiatan ini tidak hanya sebagai ajang
berpartisipasi, tetapi kegiatan ini sekaligus wadah pendidikan bagi masyarakat,
generasi muda, dan anak-anak pramuka pada khususnya untuk peduli terhadap
lingkungan. Karena lingkungan adalah sangat penting bagi kehidupan manusia
serta tempat yang akan dititipkan bagi anak cucu kelak.
BAB
3 KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja atau generasi muda
adalah sasaran utama untuk melestarikan dan menjaga keadaan lingkungan, karena
generasi muda adalah kader penerus bangsa, yang nantinya membawa bangsa kearah
berikutnya. Walaupun masih banyak dari generasi muda yang belum sadar dan
mengingat pentingnya lingkungan bagi kehidupan kedepan, hal ini dapat
diperbaiki dengan memberikan suatu media pendidikan karakter lingkungan,
khususnya melalui kegiatan kepramukaan. Kegiatan ini adalah susur pantai dan
tanam bakau/menanam bakau untuk memperbaiki hutan bakau yang telah rusak.
Selain melaui susur pantai yang dapat menjaga kebersihan areal pesisir pantai
dan kegiatan tanam bakau yang dapat menjaga pantai dari abrasi air laut,
kegiatan ini juga sangat bermanfaat sebagai media pendidikan. Pendidikan untuk
membentuk karakter generasi muda yang peduli akan lingkungan sekitar. Tidak
hanya untuk anak pramuka tetapi untuk seluruh generasi muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar